Bertemu, Untuk
Tak Saling Sapa
“Barangkali,
aku ingin menanyakan padamu, kau tak ingat dahalu kita pernah bahagia bersama?”
Ketika itu
tepatnya tanggal 30 Oktober 2016 aku sedang berada di Kota Bekasi. Malam itu
udara di sekitar sangat hangat menuai di tubuh ini. Dengan rintik hujan yang
jatuh secara perlahan lahan bersentuhan dengan tubuh ini. Hangat sekali
sungguh. Seperti aku dimanjakan olehnya. Malam itu aku sedang berada di sebuah tempat perlombaan
LKBB Baris berbaris (Paskibra) di salah satu smp negeri di Bekasi. Sekaligus
dimana akan mempertemukan aku dengan ‘nya’. Sekali lagi, aku tak pernah mengira
akan tiba waktunya aku kembali bertemu. Pikir ini selalu menolaknya.
Dan apa yang aku fikirkan ini tak tau
bagaimana
Apakah harus senang?
Atau bahkan marah?
Hey jelas saja kau harus marah kan?
Sebab kau sudah berjanji tak akan lagi bertemu dengannya.
Hey jelas saja kau harus kecewa kan?
Sebab janji yang kau ucapkan teringkari.
Payah !!
Kau
masih mau bertemu dengan seseorang yang telah
merobek hidupmu seperti serpihan kertas yang tak lagi utuh? Ingin sekali aku
tertawa depan wajahku sendiri. Maaf, apakah aku waras? Tapi kau tau, bahkan aku
menolaknya berjutaan kali. Siapapun tak pernah mau dikunjungi oleh kenangan
yang membuatnya merasa tertusuk tusuk berjuta kali, terasa tersayat sayat oleh
pisau yang tajam. Perih. Sakit. Aku memang tak sehebat kamu dalam hal
melupakan. Aku lemah dalam hal ini. Sungguh
Aku
tak mengerti, ketika kita bertemu bahkan papasan dan mata saling bertemu kita
bahkan seperti bak orang asing yang tak pernah saling membahagiakan. Tubuh dan
raga ini memang seperti terkunci untuk saling menolaknya. Bahkan ia memang
sengaja menganggap pertemuan itu hal yang biasa. Sebalikya, aku menganggap
pertemuan itu kegagalan diri dari janji yang pernah terucap dari bibir ini.
Setiap
kali pertemuan itu terjadi, aku dengan ‘nya’ merasa tak pernah bersama. Ah,
maksudnya tak pernah merasa “saling”, saling membahagiakan. Aku tau pertemuan
itu seperti hal yang tak perlu untukmu, ah tidak akupun begitu. Karena
pertemuan itu hanya akan saling menyakiti begitu dalam dan menggagalkan usaha
untuk tak pernah berhubungan bahkan bertemu lagi. Ah, kenapa selalu saja kita
di pertemukan tiba-tiba di saat aku sedang berusaha menjauh darimu?
Karena
pada akhirnya kita menyadari, cinta begitu besar dulu tak pernah akan cukup
menyatukan dua jiwa yang saling. Padahal aku sudah benar-benar mengunci pintu
hati ini rapat-rapat untukmu, tapi mengapa kamu selalu berhasil membukanya?
Semua
janji, semua kata, semua ucapan, semua bahagia, semua hal, bahkan semua apapun
yang pernah kita ciptakan sudah menjadi bangkai yang tak kan bisa di pakai
lagi. Artinya, kita tak akan pernah bersama lagi. Jadi, cukup kita ucapkan kata
penenang ini “kita akhiri semua tentang kita”. Karena berapa ratus kali aku
harus bilang padamu, kita hanya bisa menghabiskan waktu demi saling
memperjuangkan, lalu akhirnya kita hanya akan kembali menghabiskan waktu hanya
untuk merelakan dan menyiksa diri ini dengan sebuah pertemuan untuk tak ada
sapa di dalamnya.
By: GFJ
tigahurufsaja
No comments:
Post a Comment