![]() |
“Tak
semua cinta, kasih terus mengalir dan di rasa. Semua akan terhenti oleh takdir”
|
Ada hal yang membuatku istimewa setiap bertemu Januari, entah itu
hari atau apapun yang berhubungan dengan aktivitas di dalamnya. Mungkin
barangkali, semua orang mempunyai bahkan mem ‘specialkan’ hari yang menurutnya
istimewa. Kehadirannya membuat ku terus semangat menyambutnya. Kali ini satu
hari ini di bulan Januari tampak berbeda.
Berbeda, rasanya sangat berbeda kali ini. Bagaimana tidak hari
pengharapan dan pengsyukuran atas sebuah bertambahnya angka dalam hidup tak ada
lagi seseorang yang sangat berarti dalam hidup. Sosok itu hilang, yang selalu
aku banggakan dengan hebat. Ayah. . .
Ayah, aku tak tau bahwa takdir dan semesta ini berkata lain. Rasanya
aku ingin menghardik takdir kala itu setelah kau meninggalkan aku. Memang
benar tak semua cinta, kasih terus mengalir dan di rasa. Semua akan terhenti
oleh takdir.
Masih teringat jelas, setiap di ujung akhir Januari ini kau tampak
bersemangat menyambut hari yang aku ‘istimewa’ kan. Aku tak pernah melihat mu
bersemangat seperti bak melihat pengharapan lain dalam hidupmu.
Rasanya kali ini berbeda, rasa suara hati ini meneriaki diri bahwa
ini sangat menyakitkan terlepas dari kebersykuranku atas takdir lain. Memang
benar, setiap orang pantas terluka dengan luka yang menganga, pantas terjatuh
dengan luka yang sangat dalam bahkan pantas menyalahkan diri ketika kehidupan
tak berjalan sesuai porsi.
Sesal dan keluh seolah menumpuk di pikiran. Mengapa semua seperti
ini? Mengapa akhir Januari ini berbeda? Mengapa takdir dan semesta teramat
kejam?
Kalimat-kalimat negative itulah yang memenuhi kepalaku beberapa
waktu silam. Aku merasa lemah dengan selalu merendahkan diri bahkan menghardik
takdir.
Hingga akhirnya Allah menguatkan ku akan jalan hidup yang aku
jalani. Memang tak apa kali ini ‘Hari bertambahnya umur’ tak ada sosok hebat. Tapi
Allah mengirimkan orang-orang hebat, orang-orang yang menyayangiku melebihi
yang aku butuhkan. Meskipun, wajah dan perasaan ini selalu bertentangan. Wajah
ini seakan topeng. Wajah yang aku tunjukan ini belum tentu representasi dari
kondisi jiwa. Yah, aku menipu mereka. Menipu diri sendiri demi terlihat bahagia
di hari yang bahagia.
Karena, sekali lagi terlepas dari itu aku sangat bersyukur pada Maha
Kuasa ketika semua hal terjadi dalam hidup adalah pelajaran yang mahal, sangat
berharga. Proses pendewasaan diri dan pengalaman hidup tak semua orang miliki
adalah sebuah “KADO TERINDAH” yang di berikan Allah di Tahun 2019 pada 30
Januari ini.
Terakhir,
Hari ini 30 Januari, terima kasih kau menjadi ‘Manusia’ yang
bersedia tumbuh di bawah sinar terik ini.
Untuk diriku, terima kasih telah menjadi kuat untuk diri ini dan
tentunya orang-orang di sekitar mu. Terlepas dari takdir yang kala itu
menurutmu sangat beringas, menghempaskan kebahagiaan.
Terima kasih, menjadi seorang yang percaya pada-Nya seolah semua
alur hidup kemarin yang sangat menyeramkan dan banyak luka mengaga yang
menggoreskan sisi dirimu itu adalah takdir indah dan pendewasaan diri .
Meskipun kamu berontak sekuat tenaga apa alasan akan dibalik itu.
Terima kasih kau semakin kuat menjadi putri Ayahmu, menjadi bahagia
disaat sosok hebat itu tak ada lagi disampingmu. Kamu semakin kuat menghapus semua
luka itu dengan sendiri meskipun kamu sangat kesakitan.
Dan ingat ini, Ayahmu pasti ingin melihat putri kecilnya yang dulu
ia gendong kala datang manjanya akan terus tumbuh menjadi putri yang dewasa
yang kuat dan sangat kuat yang akan menghadapi hari-hari kedepan yang penuh
lubang kesakitan. Bahkan akan lebih jauh menyeramkan, semoga kamu tetap tegar
dan percaya terhadap-Nya akan takdir manis.
Sekali lagi, selamat bertambah umur ya. Semoga hidup mu bahagia.
By: GFJtigahurufsaja