Wednesday, November 16, 2016

Bukan Untuk Dibaca ‘mantan’




Bukan Untuk Dibaca ‘mantan’

D
aun daun itu rela jatuh oleh hempasan angin yang menusuk kedalam ragaku. Terhempas bagai anai anai yang berterbangan. Aku sedang duduk disana. Ya tepatnya dekat pohon rindang itu. Melihat daun daun itu begitu saja terhempas dari dahan yang kecil itu. Aku tak tau, aku sangat nyaman berada disini. Menurutku tempat ini adalah sebuah tempat yang damai. Ya entahlah
          Bajuku basah, aku menggantinya dengan baju santai. Aku baru saja pulang dari taman itu dengan rintikan air hujan yang turun membasahi bajuku. Badanku terasa sangat letih dan akhirnya aku tertidur. Handphone pun berdering…
Ada sebongkah pesan yang masuk kedalam handphone ku, aku berpikir mungkin itu hanya operator kartu yang memberitahu sebuah pesan. Tapi ternyata handphone terus menyala dengan pesan pesan itu. Akhirnya aku menghampiri handphone ku dan ternayata
“Assalamuailaikum”
“Gimana kabarnya git?”
“Aku kangen sama kamu”
“Aku inget kamu”
          Mataku langsung mempererat urat uratnya, aku kaget ketika aku baca pesan itu. Dan aku pikir pesan itu dikirim oleh ‘dia’ yang tak mau lagi aku sebutkan. Aku hanya terdiam dan berusaha menstabilkan nafasku yang semenjak tadi terus mempercepat.
          Semenjak tadi aku pulang, hujan itu terus saja mengguyur. Aku menghampiri jendela yang terletak di ujung kamar itu. Melihat setiap rintikan hujan turun. Aku terbuai oleh lamunanku akan hujan itu yang menyeret pikiranku ke masa silam.  Hujan kau ingatkan aku tentang satu rindu yang ada dimasa yang lalu saat mimpi masih indah bersamanya. Ya tentang kita dulu.  Dulu saat semuanya terasa baik baik saja.
          Aku pun tersontak dan tersadar dari lamunan itu oleh gemuruh petir. Ah sial mengapa aku harus mengingat akan hal itu. Kau tau, mengingat masa lalu ibarat membangkitkan puing puing harapan? Tanpa aku sadari aku rindu akan harapan itu. Harapan yang dulu membawakanku ke langit hayal. Namun pada akhirnya, aku terjatuh dan terpelosok jauh, saat angin penghianatan menerpa lalu mematahkan harapan itu. Aku begitu terluka saat sebongkah janji janji manis kau ucap ternyata semuanya fiktif belaka. Membuat nafas ini tersendat sepanjang waktu. Ah untungnya aku tau caranya mengatasi semua itu agar aku bisa tetap melanjutkan hari hariku meski tanpa selengkung senyuman.
          Ku ambil handphone yang semenjak tadi tergeletak yang aku hiraukan. Karna aku takut akan pesan itu, tapi meskipun rasa takut itu menghantui tetap saja bukan aku ingin melihat pesan pesan yang ia kirimkan. Ingin sekali aku mengetik balasan pesan darinya namun aku tak punya keberanian, sepanjang itu pesan terus dan terus aku baca tanpa bosan. Seperti ada magnet di dalam pesan itu hingga aku tak bisa untuk melepaskannya. Dalam hati aku ingin sekali melemparkan handphone ini. Namun sial nya aku tak bisa karna magnet rindu ini sangat kuat.
          Sekali lagi, rindu ini saat kuat. Aku pikir aku sangat bodoh. Betapa payahnya aku merindukan seseorang yang telah menjambak jambak hari hariku. Betapa lemahnya diri ini, meronta ronta saat hati mencintai namun hati ini tak mampu tuk memiliki. Lucu sekali, diri ini terbuai dengan serpihan masa lalu yang sudah expire. Basi
          Aku tertawa saat meratapi diri ini dalam cermin kala itu. Aku tertawa karna mudah sekali aku mengingat bau bau kenangan yang dulu aku simpan dalam dalam. Dalam sekali, seperti aku kubur dalam ruang rindu. Hei kau simpan melibatkan rindu? Bodoh sekali pantas saja, kau gampang sekali terbawa olehnya. Memalukan. Benar benar memalukan
          Kesalahanku di masa lalu adalah meratapi kegalauan yang jelas jelas sebuah kebodohan yang pernah aku lakukan. Hari ini aku memilih menjauhi semua tentangmu. Menjauhimu meski nanti hari hariku harus tersiksa oleh serpihan kaca kerinduan. Aku harus tertusuk oleh jarum kesepian.  Agar nanti semua cerita tentang kita biasa saja. Bahkan aku ingin rasanya hambar.
Terima kasih mantan. Ah tidak, ini bukan untuk dibaca mantan. Sungguh
Kau bukan sebuah kesalahan
Kau adalah seberkas pelajaran
 Maafkan, aku harus berdoa kepada Ilahi untuk memutuskan semua agar aku bisa baik baik saja. Karna aku percaya perkara jodoh memang tak mudah. Mungkin, barangkali hubungan dulu yang tak halal ini adalah sebuah pelajaran sangat berharga karna aku telah salah berharap selain kepada-Nya. Dan ia tak rela aku terus terbelenggu oleh cinta tak halal ini.
Karena, Allah akan memberikan pelangi di balik badai rasa ini. Insya Allah, semoga bertemu dengan jodoh yang berjalan di jalan yang sama ya. Jalan yang Allah ridhoi.Aamiin
Terima kasih mantan. Sekali lagi, ini bukan untuk dibaca mantan. Ah, sial
Kau bukan sebuah kesalahan
Kau adalah seberkas pelajaran
Terakhir . . .
          Maafkan, aku harus berdoa kembali kepada Ilahi untuk tak pernah bertemu dengan mu dalam hal apapun agar aku lebih baik baik saja. Terima kasih tidak menyapa. Apakah aku egois? Bukan, bukan egois, bukan juga aku memutuskan silaturahim karna seorang penulis pernah berkata silah artinya= ikatan dan rahim artinya= darah yang tersambung seperti saudara atau keluarga lainnya. Dan aku tanya, kau siapa untuku?
Aku hanya ingin menjaga hati agar perasaan ini hanya tumpah pada jodohku seorang. Tidak kepadamu.




GFJ tiga huruf saja

Entri yang Diunggulkan

NGETRIP LOW BUDGETT!!!!!

Assalamualaikum gaisss, Nih vlog pertama sama sobat ambyarr. Ini aku buat jauhh sebelum adanya Covid-19 ya dan larangan social distancin...