Bukan Untuk Dibaca ‘mantan’
D
|
aun daun itu rela jatuh oleh hempasan
angin yang menusuk kedalam ragaku. Terhempas bagai anai anai yang berterbangan.
Aku sedang duduk disana. Ya tepatnya dekat pohon rindang itu. Melihat daun daun
itu begitu saja terhempas dari dahan yang kecil itu. Aku tak tau, aku sangat
nyaman berada disini. Menurutku tempat ini adalah sebuah tempat yang damai. Ya
entahlah
Bajuku
basah, aku menggantinya dengan baju santai. Aku baru saja pulang dari taman itu
dengan rintikan air hujan yang turun membasahi bajuku. Badanku terasa sangat
letih dan akhirnya aku tertidur. Handphone pun berdering…
Ada
sebongkah pesan yang masuk kedalam handphone ku, aku berpikir mungkin itu hanya
operator kartu yang memberitahu sebuah pesan. Tapi ternyata handphone terus
menyala dengan pesan pesan itu. Akhirnya aku menghampiri handphone ku dan
ternayata
“Assalamuailaikum”
“Gimana kabarnya git?”
“Aku kangen sama kamu”
“Aku inget kamu”
Mataku
langsung mempererat urat uratnya, aku kaget ketika aku baca pesan itu. Dan aku
pikir pesan itu dikirim oleh ‘dia’ yang tak mau lagi aku sebutkan. Aku hanya
terdiam dan berusaha menstabilkan nafasku yang semenjak tadi terus mempercepat.
Semenjak
tadi aku pulang, hujan itu terus saja mengguyur. Aku menghampiri jendela yang terletak
di ujung kamar itu. Melihat setiap rintikan hujan turun. Aku terbuai oleh
lamunanku akan hujan itu yang menyeret pikiranku ke masa silam. Hujan kau ingatkan aku tentang satu rindu yang
ada dimasa yang lalu saat mimpi masih indah bersamanya. Ya tentang kita
dulu. Dulu saat semuanya terasa baik
baik saja.
Aku
pun tersontak dan tersadar dari lamunan itu oleh gemuruh petir. Ah sial mengapa
aku harus mengingat akan hal itu. Kau tau, mengingat masa lalu ibarat
membangkitkan puing puing harapan? Tanpa aku sadari aku rindu akan harapan itu.
Harapan yang dulu membawakanku ke langit hayal. Namun pada akhirnya, aku
terjatuh dan terpelosok jauh, saat angin penghianatan menerpa lalu mematahkan
harapan itu. Aku begitu terluka saat sebongkah janji janji manis kau ucap
ternyata semuanya fiktif belaka. Membuat nafas ini tersendat sepanjang waktu.
Ah untungnya aku tau caranya mengatasi semua itu agar aku bisa tetap
melanjutkan hari hariku meski tanpa selengkung senyuman.
Ku
ambil handphone yang semenjak tadi tergeletak yang aku hiraukan. Karna aku
takut akan pesan itu, tapi meskipun rasa takut itu menghantui tetap saja bukan
aku ingin melihat pesan pesan yang ia kirimkan. Ingin sekali aku mengetik
balasan pesan darinya namun aku tak punya keberanian, sepanjang itu pesan terus
dan terus aku baca tanpa bosan. Seperti ada magnet di dalam pesan itu hingga
aku tak bisa untuk melepaskannya. Dalam hati aku ingin sekali melemparkan
handphone ini. Namun sial nya aku tak bisa karna magnet rindu ini sangat kuat.
Sekali
lagi, rindu ini saat kuat. Aku pikir aku sangat bodoh. Betapa payahnya aku
merindukan seseorang yang telah menjambak jambak hari hariku. Betapa lemahnya
diri ini, meronta ronta saat hati mencintai namun hati ini tak mampu tuk
memiliki. Lucu sekali, diri ini terbuai dengan serpihan masa lalu yang sudah
expire. Basi
Aku
tertawa saat meratapi diri ini dalam cermin kala itu. Aku tertawa karna mudah
sekali aku mengingat bau bau kenangan yang dulu aku simpan dalam dalam. Dalam
sekali, seperti aku kubur dalam ruang rindu. Hei kau simpan melibatkan rindu?
Bodoh sekali pantas saja, kau gampang sekali terbawa olehnya. Memalukan. Benar
benar memalukan
Kesalahanku
di masa lalu adalah meratapi kegalauan yang jelas jelas sebuah kebodohan yang
pernah aku lakukan. Hari ini aku memilih menjauhi semua tentangmu. Menjauhimu
meski nanti hari hariku harus tersiksa oleh serpihan kaca kerinduan. Aku harus
tertusuk oleh jarum kesepian. Agar nanti
semua cerita tentang kita biasa saja. Bahkan aku ingin rasanya hambar.
Terima kasih mantan. Ah tidak, ini
bukan untuk dibaca mantan. Sungguh
Kau bukan sebuah kesalahan
Kau adalah seberkas pelajaran
Maafkan, aku harus berdoa kepada Ilahi untuk memutuskan
semua agar aku bisa baik baik saja. Karna aku percaya perkara jodoh memang tak
mudah. Mungkin, barangkali hubungan dulu yang tak halal ini adalah sebuah
pelajaran sangat berharga karna aku telah salah berharap selain kepada-Nya. Dan
ia tak rela aku terus terbelenggu oleh cinta tak halal ini.
Karena, Allah akan memberikan pelangi
di balik badai rasa ini. Insya Allah, semoga bertemu dengan jodoh yang berjalan
di jalan yang sama ya. Jalan yang Allah ridhoi.Aamiin
Terima kasih mantan. Sekali lagi, ini
bukan untuk dibaca mantan. Ah, sial
Kau bukan sebuah kesalahan
Kau adalah seberkas pelajaran
Terakhir . . .
Maafkan,
aku harus berdoa kembali kepada Ilahi untuk tak pernah bertemu dengan mu dalam
hal apapun agar aku lebih baik baik saja. Terima kasih tidak menyapa. Apakah
aku egois? Bukan, bukan egois, bukan juga aku memutuskan silaturahim karna seorang
penulis pernah berkata silah artinya= ikatan dan rahim artinya= darah yang
tersambung seperti saudara atau keluarga lainnya. Dan aku tanya, kau siapa
untuku?
Aku hanya ingin menjaga hati agar
perasaan ini hanya tumpah pada jodohku seorang. Tidak kepadamu.
GFJ tiga huruf saja